Sunday 7 January 2018

LUKA DENGAN SETETES AIR JERUK NIPIS

Apa jadinya kalau lupa yang masih berdarah diberi tetesan air jeruk nipis? Pastinya, orang yang terluka itu akan menjerit kesakitan. Bila sekali lagi diberi beberapa tetes lagi, apakah dia akan berteriak? Jawabannya bisa ya dan tidak. Ya, karena dia masih terus tersugesti untuk merasa sakit, dan tidak, karena dia akhirnya terbiasa dengan sakit yang dia rasakan. Saya lalu berpikir, saya kira-kira akan masuk dalam kategori yang mana, ya atau tidak?



Ada banyak kepahitan yang sering kita alami selama kita masih hidup (sampai detik ini). Dan ada banyak pula rasa manis yang tersirat dalam senyum dan tawa kita. Hal yang terakhir ini sering kita sebut dengan kebahagian. Lalu saya berpikir kembali, saya ini termasuk orang yang penuh kepahitan atau kebahagiaan yah? Atau jangan-jangan saya bahagia karena saya merasa pahit, atau kebahagiaan itu memang kepahitan itu sendiri? Bingung saya.


Ada seorang perempuan yang merasa dirinya jelek karena badannya pendek dan gemuk. Bahkan sampai merasa tak percaya diri dan putus asa jika suatu saat nanti ada laki-laki yang mau dengan dirinya. Tapi hidupnya masih berjalan begitu saja. Dia masih hidup dan masih menjalani rutinitas pekerjaannya. Iya sih, sesekali dia merasa depresi saat orang-orang disekelilingnya berpasangan dan bisa menghabiskan waktu di akhir pekan bersama-sama. Apakah dia sedih dan depresi terus? Tidak tuh, sesekali dia tertawa lepas dan tersenyum bersama teman-temannya. Dan hidup berjalan terus. Mungkin dia sudah terbiasa, berbadan pendek dan gemuk. Meski dia tahu, itu justru menyakitkan bagi dirinya. 


Ada seorang laki-laki yang menyembunyikan orientasi seksualnya dari semua orang yang ada disekelilingnya, bahkan kepada keluarga dan teman dekatnya. Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Takut? Pasti jelas takut, dan masih ada banyak ketakutan dalam dirinya. Apalagi lingkungan yang sangat tidak gay-friendly (yah, Anda pasti jelas tahu negara ini) membuatnya semakin takut untuk menyatakan dirinya. Diam-diam dia berkenalan dengan laki-laki lain dan beberapa kali memiliki hubungan dengan beberapa diantara mereka. Akhirnya, hanya dia, Tuhan, dan para laki-laki yang pernah tidur atau berpacaran dengan dia saja yang tahu. Sedihkah dia? Tidak juga, nyatanya dia tetap tertawa lepas dengan teman-temannya dan tersenyum saat sang kekasih menggenggam tangannya. Ya, mungkin dia sudah terbiasa dengan menjadi “tertutup” dan membiarkan semua berjalan seperti apa adanya. Walau itu semua justru yang menyakitkan bagi dirinya.



Ada seorang perempuan yang memiliki hubungan dengan seorang rohaniawan, padahal dia sudah menikah puluhan tahun dengan suaminya sekarang. Hanya karena dia sudah terikat secara agama (yang artinya dihadapan Tuhan) dan tak bisa dipisahkan (itu juga berarti hanya maut yang bisa memisahkan), akhirnya dia tetap bertahan dengan sang suami, yang selalu menyayanginya. Dia malah menemukan kebahagiaan dengan sang rohaniawan, jauh lebih bahagia daripada yang dia dapat dari sang suami. Dia tetap bertahan dalam kondisi ini selama bertahun-tahun lamanya tanpa Anda yang mengetahuinya. Sedihkah dia saat bersama sang suami? Nyatanya tidak juga, bahkan dia tertawa lepas bersama sang suami dan anak-anaknya. Tersenyum saat sang suami memberikannya kejutan. Walau sebenarnya dia tak lagi bahagia dengan sang suami. Mungkin dia sudah terbiasa dengan hal ini. Meski sebenarnya dalam hatinya dia merasa sakit dan sedih.


Ada seorang laki-laki yang kini menjadi sosok yang sangat jahat dengan orang-orang disekelilingnya. Hanya karena dia dulu menjadi korban kekerasan para senior semasa sekolah, kini dia berubah menjadi kejam dan tak memiliki rasa ampun. Entah mengapa ketika dia lepas dari semua belenggu tadi, dia menjadi berubah ganas dan liar. Apapun selalu menjadi salah dihadapannya. Bahkan kesalahan sekecil apapun akan menjadi besar dihadapannya. Ketika tak ada kesalahan, dia pun menjadi celah untuk sekadar marah-marah. Apapun yang dilakukannya membuat orang disekelilingnya tak merasa nyaman. Orang-orang pun berusaha menjauh dari dirinya. Sedihkah dia? Tidak, malahan dia bisa tertawa lepas saat dia melihat orang lain sengsara dan tersenyum saat rencana liciknya berhasil. Walau sebenarnya dia merasa lelah dengan segala hal yang dia lakukan. Dia tahu itu semua salah, hanya karena ingin terlihat kuat dan tak ingin tampak lemah dihadapan yang lain, dia pun rela melakukannya. Sebenarnya, itu semua justru yang menyakitkan bagi dirinya. Sekali lagi, mungkin dia sudah terbiasa. Kehidupannya pun tetap berjalan seperti apa adanya.


Semua orang memang pernah merasa pahit dan sakit. Semua orang sepertinya sudah terbiasa dengan tetes demi tetes air jeruk nipis yang membasahi luka mereka. Mereka sadar itu sakit, tapi hidup tetap berjalan dengan semestinya. Lagi pula, kenapa bumi harus berhenti berputar hanya karena kita ingin sembuh dari luka-luka yang kita tetesi air jeruk nipis. Siapa kita? Jika dunia menuruti semua kemauan orang lain, kehidupan tak akan berjalan dengan semestinya. Saya tahu, pahit dan sakit memang tidak enak. Toh, itu juga salah satu bagian dalam hidup kita dan mau tak hanya kita harus melewatinya. Jadi, kalau Anda bertemu dengan kepahitan dan kesakitan (tak hanya diri sendiri, tapi juga orang lain), biarkan hal itu terjadi begitu saja. Kan tak selamanya Anda akan menemui hal tersebut dalam hari-hari Anda ke depan.


Oya, apakah saya butuh kebahagiaan? Jawabannya mungkin tidak. Karena saya merasa kalau saya termasuk orang yang pahit dan kepahitan itu yang makin membuat saya merasa nyaman tinggal di dunia ini. Biar saja kebahagian itu menjadi milik orang lain, jadinya Anda tak perlu lagi merebut jatah kebahagian dunia ini dari saya. Mungkin saya perlu membuat banyak luka dan mengguyurnya dengan seember penuh air jeruk nipis. Yah, sakit memang menyenangkan. Cobalah sekali-kali. Mungkin Anda tak akan bisa lepas darinya. Jadi, selamat mencoba!



0 comments:

Post a Comment